Daftar Astronot Muslim – Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional Amerika Serikat, atau yang lebih dikenal sebagai NASA, sekali lagi menetapkan standar baru dalam inklusivitas dengan pengembangan hijab khusus untuk para astronot perempuan Muslim. Langkah ini memunculkan diskusi mendalam mengenai keberagaman dalam dunia antariksa dan menciptakan inspirasi bagi para perempuan Muslim di seluruh dunia yang bermimpi menjelajahi luar angkasa. Salah satu perintis dari inovasi ini adalah Nora Al Matrooshi, wanita Arab pertama yang terpilih sebagai astronot oleh Uni Emirat Arab (UEA).
Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan AFP, Nora Al Matrooshi merinci upaya NASA untuk merancang hijab khusus yang dapat mengakomodir kebutuhan berjilbabnya, terutama saat mengenakan Extravehicular Mobility Unit (EMU) atau pakaian luar angkasa. Proses pembuatannya dan perasaan terima kasih Nora terhadap NASA menjadi sorotan, menciptakan narasi positif tentang inklusivitas dan penghargaan terhadap kebebasan beragama.
Tinjauan Astronot Muslim Pertama yang Mengeksplorasi Luar Angkasa
Nora Al Matrooshi bergabung dengan daftar astronot Muslim yang telah memberikan kontribusi signifikan dalam penjelajahan luar angkasa. Menurut Fesenkov Astrophysical Institute, sebanyak 622 astronot dari 38 negara telah berpartisipasi dalam misi luar angkasa. Dari jumlah tersebut, terdapat 11 astronot yang menganut agama Islam, dan masing-masing membawa inspirasi unik dalam eksplorasi angkasa.
- Sultan bin Salman Al Saud (Arab Saudi): Menjadi astronot Muslim pertama yang pergi ke ruang angkasa pada tahun 1985, Sultan bin Salman Al Saud berperan sebagai spesialis muatan, bertanggung jawab untuk mengoperasikan dan melakukan eksperimen pada misi ilmiah tertentu.
- Salizhan Sharipov (Rusia): Astronot Muslim kedua, Salizhan Sharipov, telah dua kali mengunjungi luar angkasa pada tahun 1998 dan 2004. Selama 201 hari di luar angkasa, ia menjadi bagian dari kru yang mengirim perangkat keras dan perangkat lunak ke stasiun luar angkasa.
- Aidyn Aimbetov (Kazakhstan): Mengelilingi luar angkasa pada tahun 2015 dengan Soyuz TMA-18M, Aidyn Aimbetov melakukan pemantauan lingkungan dan geofisika di area kritis ekologis di Kazakhstan.
- Hazza al-Mansoori (Uni Emirat Arab): Sebagai pilot pesawat tempur pertama dari Uni Emirat Arab, Hazza al-Mansoori menjalani misi luar angkasa pada September 2019, membawa pesan perdamaian dari luar angkasa dan bahkan mengambil foto Ka’bah.
- Sheikh Muszaphar Shukor (Malaysia): Orang pertama Malaysia yang pergi ke luar angkasa, Sheikh Muszaphar Shukor, menjalani misi sepuluh hari di ISS dan merayakan Idul Fitri di luar angkasa.
- Anousheh Ansari (Iran): Wanita Muslim pertama yang menjelajahi alam semesta, Anousheh Ansari, memberikan inspirasi bahwa siapapun bisa mewujudkan mimpi setinggi langit.
- Talgat Musabayev (Kazakhstan): Menghabiskan hampir setahun di luar angkasa, Talgat Musabayev bertanggung jawab untuk memantau dan memelihara sistem pesawat ruang angkasa serta melakukan eksperimen vital.
- Toktar Aubakirov (Kazakhstan): Orang pertama Kazakhstan yang pergi ke luar angkasa, Toktar Aubakirov, berperan sebagai pilot atas nama Uni Soviet dalam misi delapan hari tersebut.
- Abdul Ahad Mohmand (Afghanistan): Menjalani sembilan hari di stasiun ruang angkasa Mir, Abdul Ahad Mohmand berpartisipasi dalam eksperimen astrofisika, medis, dan biologi.
- Musa Manarov (Azerbaijan): Menghabiskan 541 hari di luar angkasa untuk dua misi berbeda, Musa Manarov memiliki pengalaman tak terlupakan, termasuk berjalan di luar angkasa selama 20 jam.
- Mohammad Faris (Suriah): Astronot Muslim terakhir dalam daftar ini, Mohammad Faris, membawa tanah Bumi dari Damaskus ke luar angkasa.
Inovasi NASA untuk Kepatuhan Beragama
Keberagaman astronot Muslim yang mencapai prestasi dalam eksplorasi angkasa menyoroti pentingnya menghormati dan mengakomodir kepercayaan agama individu. Langkah NASA untuk mengembangkan hijab khusus bagi astronot perempuan Muslim, seperti Nora Al Matrooshi, mencerminkan tanggung jawab terhadap inklusivitas dan penghargaan terhadap kebebasan beragama.
Dalam wawancara dengan AFP, Nora Al Matrooshi menjelaskan proses pengembangan hijab khusus tersebut. Desain ini tidak hanya memperhitungkan aspek fungsional saat mengenakan pakaian luar angkasa, tetapi juga memastikan kepatuhan pada prinsip berjilbab dalam agama Islam. Penciptaan hijab ini menjadi landasan untuk membuka pintu bagi partisipasi lebih luas dari para perempuan Muslim dalam eksplorasi angkasa.
NASA, sebagai pionir dalam penelitian antariksa, dengan langkah ini menciptakan preseden positif untuk agensi-agensi antariksa lainnya di seluruh dunia. Inovasi ini bukan hanya tentang teknologi, tetapi juga tentang membuka pintu bagi semua individu, tanpa memandang latar belakang agama atau budaya mereka, untuk meraih bintang-bintang.
Dampak Luas dan Harapan untuk Masa Depan
Langkah NASA dalam mengembangkan hijab khusus memberikan dampak positif yang signifikan dalam dua aspek utama: inklusivitas dan inspirasi. Pertama, dengan memastikan kepatuhan beragama melalui desain pakaian luar angkasa, NASA menciptakan lingkungan kerja yang mendukung bagi astronot perempuan Muslim dan mendorong partisipasi yang lebih besar dalam eksplorasi antariksa.
Kedua, inovasi ini menjadi sumber inspirasi besar bagi para perempuan Muslim di seluruh dunia. Mereka dapat melihat bahwa mimpi mereka untuk menjelajahi luar angkasa dapat menjadi kenyataan tanpa mengorbankan prinsip-prinsip keagamaan mereka. NASA telah membuka pintu bagi generasi berikutnya untuk bermimpi setinggi langit dan memberikan dukungan konkrit untuk mewujudkannya.
Dengan pengembangan hijab khusus untuk astronot perempuan Muslim, NASA telah menegaskan komitmennya untuk menciptakan lingkungan inklusif dan mendukung kebebasan beragama. Langkah ini bukan hanya tentang teknologi atau penerapan desain inovatif, tetapi juga tentang membuka peluang bagi semua individu untuk meraih mimpi mereka, tidak terkecuali para perempuan Muslim.
Sebagai inovator utama dalam eksplorasi antariksa, NASA memberikan contoh positif bagi agensi-agensi antariksa dan organisasi di seluruh dunia untuk lebih memperhatikan keberagaman dan kebutuhan individu dalam perjalanan eksplorasi luar angkasa. Dengan memandang langit yang tak terbatas, dunia antariksa menjadi wahana bagi impian dan aspirasi, tanpa memandang latar belakang apa pun.